UA-89712224-1

Cart

Blog

PENGALAMAN PERTAMA BICARA DENGAN JIN

 24 Agustus 2011, Selasa malam saya sudah persiapan untuk lebaran dan menutup praktek malam. Tiba-tiba klien Anggita menelpon memaksa saya untuk bertemu di ruang praktek, jujur saja agak enggan rasanya untuk menerima praktek di saat terawih, walau saya sedang tidak sholat. Namun karena klien Anggita akan pulang kampung ke kota Padang. Akhirnya saya mengiyakan praktek malam. Buka praktek dadakan, saya tidak mungkin meminta asisten untuk datang malam, akhinya saya sendirian saja menunggu Anggita. Tempat praktek saya  pertama adalah di area padat penduduk dan di kampung. Jadi saya berani saja memutuskan untuk sendirian di ruang praktek yang cukup luas. Area praktek ada 6 ruangan dengan halaman yang luas. Pada dasarnya sekalipun di area padat penduduk, tetap saja sunyi karena tempat praktek yang luas

Setelah salaman dan cipika cipiki dengan Anggita, saya persilahkan masuk. Anggita adalah klien saya berusia 32 tahun, dan belum menikah. Diusianya yang masih muda, ia sudah menduduki jabatan sebagai seorang manager di sebuah BUMN nasional di Samarinda. Malam ini adalah pertemuan ke – 4 (empat), namun biasanya konsul dilakukan siang hari. Entah malam ini saya rasakan benar-benar sunyi suasananya, mungkin karena terawih sehingga saya abaikan saja. Anggita kembali terisak menceritakan perlakuan dari teman-teman di kantornya yang masih kerap mengabaikan dia dan memfitnah. Ia masih  merasa tidak percaya diri akibat jin kiriman. Ia merasa terganggu dan seperti orang gila. Saya menanyakan, hikmah apa yang bisa Anggita petik setelah melakukan ruqiah beberapa kali. Anggita mengatakan bahwa ia sudah terbiasa dengan jin, karena ternyata jin kiriman itu ada yang baik. Ia jadi suka mengaji dan sholat dengan teratur dan tidak pernah bolong-bolong (tertib lima waktu plus sholat sunah). Ia juga mengaku suka mengaji dengan lebih sering. Hm…saya diam terpana, entah karena sampai saat ini saya kurang begitu yakin dengan adanya jin memasuki manusia dan mengganggu manusia. Saya pernah berada di situasi teman teman SMA yang kesurupan masal, namun masih kurang percaya dengan santet dan semacamnya. Anggita mungkin bisa melihat kebingungan saya atau keraguan saya, dia  bertanya, “bunda mau bicara dengan jin saya ?”. saya dengan sok berani mengatakan, “boleh, gimana caranya?”. Anggita menjawab, “ bentar ya bunda saya panggilkan,” belum sampai beberapa menit, Anggita menggerakkan kepala kekanan dan ke kiri dengan perlahan dan tiba-tiba ia berkata dengan suara laki-laki yang keras . “ jangan ganggu Anggita, dia saya lindungi, saya yang menjaga Anggita.

Astagfirullahalaziem……saya terdiam dalam detik, antara terkejut dan terkesima, entah apa bedanya. Jika tidak tau malu, mungkin saya sudah kencing di celana. Saya bingung mau bicara apa, saya melihat ekspresi Anggita berbeda, matanya nampak melotot ke arah saya, raut wajahnya lebih tegas dan garang, badan tidak berubah namun suara dan ekspresi nampak jelas perubahannya. Saya menarik nafas panjang dan  lupa mau berkata apa. Akhirnya, “ baik jika kamu penjaga Anggita, makasih ya, bolehkah saya bicara dengan Anggita kembali?”. Badan Anggita memang tinggi besar, melebih rata-rata orang Indonesia, ditambah dengan jin, saya jadi tambah ngeri. Anggita menggerakkah kepalanya kekanan dan kekiri dengan perlahan. Kemudian nampak perubahan ekspresi, lebih lembut dan tersenyum. Dia berkata, “gimana bunda, sudah bicara dengannya?” saya hanya tersenyum dan mengangguk. Sebenarnya sebelum takut, saya ingin bicara banyak hal, dari kapan ia mulai bersama Anggita, siapa dia, mengapa di badan Anggita,siapa yang meminta, ada keperluan apa dll, namun rasa takut membuat saya blank dan hanya diam saja. Batal semua jawaban dari rasa ingin tahu saya. Terapi dilanjutkan dengan persiapan Anggita menghadapi saudara-saudaranya di kampung, dan apa yang harus ia lakukan jika perasaan-perasaan negatif muncul. Saya beri PR dua minggu untuk kemudian Anggita bertemu dengan saya kembali di pertemuan ke -5 (lima).

Sebelum mendapat santet kiriman dari salah satu teman kantornya, senior yang lebih tua yang iri kepada Anggita. Ia seorang wanita yang ceria dan smart, lulusan dari universitas negeri ternama di Yogyakarta. Setiap bertemu dengan orang, ia akan tersenyum dan berhenti untuk bercanda, termasuk dengan senior ia sangat hormat. Diterima di salah satu BUMN terbaik Nasional ia ditempatkan di Samarinda. Tak lama karena dedikasi, rasa santun, dan penyesuaian diri yang baik, ia diberi wewenang untuk menduduki jabatan penting. ia faham akan banyak yang iri karena senior di atas dia banyak yang masih di posisi staff. Ia masih berusaha untuk tidak berubah dan santun, namun ucapan nyinyir dari senior jelas nampak, hingga ia merasakan perubahan yang tidak ia sangka. Ia menjadi takut tanpa sebab, merasa seolah olah ada yang mengikuti dirinya. ia sering melihat bayangan hitam yang besar, ia juga jadi sulit berfikir dan enggan ke kantor. Ia sering melihat ke belakang ketika berjalan, takut bayangan hitam itu mengikuti dirinya, ia juga enggan berkomunikasi dengan teman-teman dan menunduk kala ketemu senior. Ia merasa bahwa seluruh orang – orang di kantor membenci dirinya. ia jadi enggan masuk kantor dan sering ijin. Alasan ijin bermacam-macam, dari rasa sakit hebat di kepala, di perut, dan beberapa sakit di badan yang ia tidak pernah alami sebelumnya, hingga ada salah seorang kawan yang baik yang menganjurkan untuk ruqiah, meskipun ia tidak faham apa gunanya ruqiah. Akhirnya ia ruqiah selama 5 kali dengan ustad atas rujukan kawan di kantor. Ia merasa ketakutan mulai hilang dan ustad mengatakan bahwa yang mengirim jin gendruwo adalah salah satu teman kantor yang tidak suka dengan prestasi atau kenaikan jabatan yang ia peroleh saat ini. Sekalipun ustad tidak menyebutkan namanya, ia faham siapa yang telah tega memberi santet padanya. Ia sudah menghadap atasan, dan atasan Anggita memahami kondisi yang terjadi dengan dirinya. Ia merasa saat ini jin yang ada ditubuhnya adalah jin keturunan nenek moyang yang melindungi dirinya, ia jadi faham bahwa jin ada yang baik dan ada yang tidak, selama berinteraksi dengan jin. Ia juga faham kapan jin akan menguasai dirinya dan kapan mereka bertengkar di dalam tubuhnya. Ia merasa jin yang melindungi dirinya membuatnya jadi lebih religius dan selalu ingin beribadah dengan tepat waktu. Sekarang dia ingin perilaku menengok ke belakang akibat takut diikuti oleh makhluk hitam besar bisa hilang dan lebih percaya diri menghadapi orang-orang di kantor dan orang-orang baru.

Pertemuan selanjutnya adalah menghilangkan rasa trauma akibat pernikahan. Ia tidak mau seperti orang-orang di kampungnya yang setelah menikah jadi jelek dan kurang terawat, kemana-mana pakai daster dan tidak dandan. Rasa trauma itu membuatnya enggan untuk menikah. Ia tidak siap jadi jelek dan harus berpakaian ala kadarnya. Persepsi itu sering ia lihat di lingkungannya masa kecil, budaya di keluarga, juga lingkungan sekitar. 2 (dua) kali sesi untuk phobia menikah, Anggita sudah memahami diskusi kita, beberapa menggunakan real therapi dan mindfulnnes therapy. 2 (dua) bulan Anggita tidak mengikuti sesi terapi karena sudah merasa lebih nyaman, ia memberikan informasi bahwa dirinya sudah siap didekati oleh salah satu teman satu angkatan dulu waktu LPJ, namun di lain kota. ia juga siap untuk pindah ke Jakarta dan memulai hidup baru.

Selamat mbak Anggita, terimakasih untuk pengalaman berharga berinteraksi dengan jin secara langsung sekalipun menggunakan media dirimu. Sukses ya cantik. Bahagiamu adalah kepuasan bagi kami, para psikolog.

        

      

Related Post

Leave a Reply

http://www.bmatavhati.co.id/wp-content/uploads/2018/06/pohne.jpg
phone sms wa Tambahkan Kontak Whatsapp Kami : 081253403099