UA-89712224-1

Cart

Blog

SINDIKAT PRIA TAMPAN (part 1)

Bagian 1..

      Dari CCTV di kamar, saya melihat pemandangan di ruang tunggu ada perempuan tertunduk dan pria yang juga tak kalah sedih, mata sembab dan nampak letih. Mereka duduk berjauhan dan tidak menegur sapa. Di form pendaftaran saya baca kasusnya adalah perselingkuhan, namun dari bahasa tubuh saya menduga mungkin si bapak yang berselingkuh. Badannya kecil, berkacamata dan nampak kuyu. Tampak masing-masing sedang mengisi form BDI (back Depression Inventori) dan beberapa asessment yang harus klien yang datang pertama kali untuk isi. Ups, terlalu lama mengamati..saya segera membenarkan make up tipis saya yang sudah saya sapukan di wajah sejak jam 7 pagi. Semenjak resign dari ASN, saya tetap dengan perlaku kebiasaan pagi, berdandan dan memakai pakaian selayaknya untuk praktek. Sekalipun tidak ada jadwal, karena terkadang ada saja yang datang tiba-tiba karena sudah tidak kuat menahan emosi negatif yang membuncah.

       Setelah siap dengan sepatu rumah, saya segera ke ruang konsul, asisten saya memberikan hasil asessment klien dan bertanya siapakah yang harus saya panggil terlebih dahulu. Saya bertanya kembali, siapkah yang akan menjadi klien saya, istri atau suami. Asisten menjawab mereka berdua ingin konsul, dan saya tidak berniat untuk melanjutkan pertanyaan saya. Tidak mungkin saya meminta asisten saya bertanya kepada mereka siapakah yang selingkuh. Akhirnya saya meminta sang istri untuk duluan masuk. Untuk kasus rumah tangga saya jarang meminta kedua pasangan untuk bersamaan berada di ruang konseling sebelum masalah clear disepakati kedua belah pihak. Jika sudah tau siapa yang selingkuh, biasanya saya minta yang menjadi pihak tersakiti atau korban. Atau jika klien mengalami depresi berat, akan sulit bagi saya untuk menggali data, biasanya keluarga klien atau pasangan saya minta lebih dahulu untk masuk. Saya perlu melakukan alloAnamnesa  yaitu komunikasi atau dialogis yang aktif antara psikolog dengan keluarga  klien, untuk memastikan keadaan klien.

         Seorang wanita paruh baya namun masih cantik, hidungnya mancung, tirus, berkacamata dengan perawakan tinggi langsing. Ideal menurut saya untuk seusia beliau. Beliau manager di sebuah Perbankan. Saya memperkenalkan diri dan memberikan informasi terkait beberapa hal yang perlu klien ketahui ketika berhadapan dengan psikolog. Setelah mengisi inform consent, saya memberikan informasi bahwa semua data klien selalu kami jaga kerahasiaannya, kami boleh share kasus namun tidak memberikan detail informasi terkait biodata dan tempat kerja serta alamat. Saya perkenalkan juga alumni saya lulus, surat ijin praktek yang telah lebih dahulu dibaca oleh klien yang sudah terpampang di dinding. Kerahasiaan klien juga sudah baku, selain karena saya psikolog yang sudah diambil sumpah, semua asisten juga lulusan fakultas psikologi dengan gelar S.Psi yang sudah faham kode etik terkait kerahasiaan klien. Klien saya sebut saja namanya chantika menangis sesegukan sebelum memulai cerita, ia merasa ditipu dan entah kenapa merasa terperdaya dengan perilaku berondong yang membuat rumah tangganya hancur. Ia sangat menyesal telah melakukan semuanya dan siap dengan segala konsekuensi yang akan diberikan suaminya. Hm….saya terdiam, oke ternyata beliau yang berselingkuh dan bukan suaminya. Saya salah ternyata, saya kembali fokus mendengarkan klien yang lebih banyak menangis dan menunduk. Pernikahan sudah jalan ke – 15 tahun, selama ini semua biasa, walau tidak baik karena suami cuek dan tidak pernah menghargai dirinya ia selalu menjaga kesetiaan dirinya. ia mengakui bahwa yang mengungkapkan rasa cinta kepadanya banyak, dengan posisi sebagai manager wanita yang jarang, tentu banyak sudah lelaki berpenghasilan besar yang telah ia tolak. Namun entah dengan Indra, sebut saja begitu. Ia teller di sebuah bank dan bisa disebut brondong karena memang masih muda dan ia menyebut bahwa Indra bukan level dia yang manager. Indra kenal dengannya di media sosial dan kerap merespon semua status yang kerap ia posting. Ia tidak perduli, bahkan Indra kerap bertanya seputar perbankan dengannya. Walau lain bank, ia merasa cukup mampu menjawab semua pertanyaan Indra.

         Chantika bukan orang yang bodoh yang mau menerima tawaran Indra untuk bertemu di suatu tempat ketika ia sedang ada acara di tempat tersebut. ia juga tidak perduli dengan rayuan Indra. Chantika  faham bahwa berhubungan dengan berondong merugikan karir dan rumah tangga, selain memanfaatkan hartanya, berondong juga hanya mengambil manfaat sesaat. Suaminya yang manager di sebuah perusahaan tambang juga sudah mampu mencukupi kebutuhan finansialnya, ia tidak mau menghamburkan uang untuk berondong. Chantika mengakui bahwa Indra memang tampan, wajahnya seperti orang korea, berkulit putih, dan berperawakan seperti seorang atlit , namun ia benar benar tidak tergoda. Bahkan pernah bawahan chantika yang penasaran dengan komen Indra yang sangat rajin bertandang di akun sosmed chantika dengan terang-terangan mengatakan bahwa Indra buat saya saja ya bu, ganteng eh bu. Chantika pernah mengutarakan dengan Indra, namun Indra dengan diplomatis mengatakan bahwa dirinya lebih cantik dari semua teller dimanapun, lebih pintar dan lebih bersahaja. …..

Related Post

Leave a Reply

http://www.bmatavhati.co.id/wp-content/uploads/2018/06/pohne.jpg
phone sms wa Tambahkan Kontak Whatsapp Kami : 081253403099