Pertengahan bulan maret 2019, datang seorang anak kecil bernama Alex, berusia 9 tahun. Ia bersekolah di sebuah sekolah SD Islam ternama di Kota Samarinda. Ananda Alex sekolah kelas 4 dan memiliki kemampuan belajar cukup baik, ia mampu mengikuti pelajaran dengan cepat, mampu menghapal dengan baik dan bergaul dengan teman-teman sebaya. pada dasarnya ia tidak mengalami permasalahan, hanya saja setiap jam 5 (lima) sore hingga jam 9 (sembilan) malam ia merasakan rasa sakit dipaha atas kaki sebelah kiri, yang membuatnya menangis dan berteriak. Sudah sebulan ini ia merasakan itu, dan sudah beberapa kali periksa ke dokter (shopping dokter). Orang tua sudah membawa klien ke beberapa dokter di Samarinda dan Balikpapan. Dari dokter umum hingga dokter spesialis tulang. Semua mengatakan bahwa kondisi ananda Alex baik dan tidak ada masalah. Orang tua bingung hingga pernah dibawa ke ustad untuk ruqiah dan dukun. 2 bulan dalam kepasrahan disertai dengan terus berikhtiar mencari pengobatan, akhirnya orang tua membawa ananda Alex ke psikolog atas rekomendasi seorang klien dari Biro psikologi matavhati.
Pertemuan pertama, pagi jam 10 nampak Alex datang dengan keadaan segar, ditemani oleh kedua orang tua yang perhatian, kakak dan keponakan yang masih berusia lima tahun. Alex nampak bercanda dengan riang dan banyak tertawa. Sekilas tidak terlihat gangguan apapun ketika dilakukan tes kognitif, tes kepribadian, dan observasi. Alex mampu menjawab dengan baik dan sesuai dengan waktu yang diberikan. Alex juga mampu bekerjasama dengan psikolog. Ketika melakukan wawancara dengan kakak kandung, mereka mengakui bahwa selama 2 bulan ini membolehkan alex untuk main PS sesering dia suka untuk meredakan sakit yang dirasakan Alex. Mereka mengaku kasihan dengan alex dan membiarkan sepuasnya bermain. Pernyataan kakak diaminkan oleh ibu dan ayah Alex. Alex tidak pernah memandang psikolog dan terlihat liar. Tidak pernah ajeg, namun pergerakan tidak sampai ke arah ADHD. Pertemuan pertama didapat hasil bahwa tidak ada tanda-tanda Alex mengalami kecemasan dan gangguan perkembangan lainnya. Akhirnya PR yang harus dilakukan oleh ibu bapak dan keluarga adalah meminimalkan paparan game ke Alex dan kita observasi selama seminggu untuk kemudian konsul lagi.
Pertemuan kedua, PR sudah dilakukan, dimana Alex mulai jarang bermain game, namun gejala sakit masih sering dialami. Alex masuk keruangan sendirian bersama psikolog. Berdua psikolog mulai menatap Alex. Ia kurang menjawab namun sambil menatap ke arah lain dan tidak berani menatap terlalu lama dengan psikolog. 30 menit berlangsung, psikolog merasa mata mulai panas dan ada perasaan tak nyaman. Akhirnya Alex dibiarkan membaca buku dan psikolog berbicara dengan orang tua untuk meminta ruqiah dengan ustad yang sudah bekerjasama dengan Biro psikologi matavhati. Ustad rekomendasi biasanya faham, jika memang gejala klinis dan alamiah , ustad akan mengembalikan klien ke psikolog dan berkata bahwa klien memang murni medis (gangguan depresi, skizofren, dll). Namun jika klien dirasa memiliki gangguan mistis biasanya akan dikerjakan oleh Ustad hingga selesai. Dan perkembangan akan diinforkan oleh ustad ke psikolog. Orang tua klien setuju dan diberilah nomer HP ustad Amirullah (sebut saja begitu). Kami biarkan orang tua klien untuk menelpon sendiri dan mengadakan janji kapan ruqiah akan dilangsungkan. Ibu dengan gembira mengatakan bahwa ustad setuju untuk mengadakan ruqiah malam ini dirumah klien. Setelah sepakat, Alex pulang tanpa Pekerjaan Rumah.
Jam 1 malam, saya dapat WA dari Ustad Amirullah, yang mengatakan bahwa beliau terkejut karena saya bisa mendeteksi gangguan jin dalam diri anak berusia 9 tahun. Beliau mengatakan bahwa ananda Alex terkena jin iseng di belakang sekolah. alex tanpa sengaja menabrak istana mereka dan marah pada alex. Akhirnya kaki kiri alex dipangkal paha atas ditombak. Mau tidak percaya namun daerah kalimantan memang terkenal dnegan mistik. Saya mengucapkan terimakasih dengan ustad Amirullah dan mengatakan bahwa Alex tidak perlu ke psikolog lagi.
Dua hari kemudian saya dapat telpon dari kakak Alex yang mengabarkan bahwa Alex sudah mampu beraktivitas seperti biasa. Dan kata ustad memang ada jin di kakinya dalam bentuk tombak, sehingga membuat Alex susah berjalan jika sudah memasuki waktu asar hingga ke isya. Keluarga mereka mengucapkan terimakasih dan sesi konsultasi berakhir tanpa ada sesi selanjutnya atau ke tiga.
Notes :
- Ke psikolog, ke dokter, atau ke ustad dalam pengertian mencari pengobatan bisa cocok cocokan, artinya setiap karakter tidak bisa disamakan cocok tidak nya dengan satu ustad. Bisa jadi dengan ustad yang lain ia merasa cocok. Jadi jangan berhenti untuk berobat, namun tetap dengan tim medis atau dengan ahli yang benar. Hindari dukun !